Pages

Selasa, 15 Februari 2011

Masalah-masalah Pokok Perekonomian Indonesia

        Pemerintah adalah ibarat seorang nahkoda yang sedang menjalankan sebuah kapal. Di  dalam jangka pendek ia harus dapat menjaga kondisi kapalnya akan terhindar dari berbagai ancaman selama perjalanan. Sedangkan di dalam jangka panjang, nahkoda tersebut berusaha agar kapalnya dapat mencapai tujuan yang di inginkan/di cita-citakan. Tentu saja dalam kenyataannya perjalanan kapal yang di nahkodainya tidak semulus yang di rencanakan, banyak sekali rintangan dan masalah yang selalu mengintai dan harus siap di pecahkan begitu muncul menghadangnya.

       Itulah kira-kira gambaran mengenai peran pemerintah di dalam kehidupan perekonomian suatu negara, tidak terkecuali pemerintah indonesia. Di dalam jangka panjang pemerintah harus mengantarkan masyarakat indonesia kepada kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin, serta harus menghadapi masalah jangka panjang seperti masalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di dalam jangka pendek pemerintah di tuntut untuk selalu dapat membantu menciptakan iklim usaha yang kondusif/mendukung semua pihak. Sedangkan dipihak lain masih harus menghadapi masalah-masalah ekonomi jangka pendek yang terkenal dengan istilah ''tiga penyakit pokok ekonomi''. Yang lebih akan kita bahas dalam diktat ini adalah kondisi dan karakteristik tiga penyakit pokok ekonomi tersebut. Dan sesungguhnya keberhasilan pemerintah dalam jangka panjang tidak terlepas dari kemampuannya menangani masalah-masalah ekonomi jangka pendek ini.

PENGANGGURAN
        Meskipun banyak jenis pengangguran yang muncul dalam perekonomian indonesia, namun secara umum pengangguran akan lebih banyak memberi dampak yang kurang baik bagi kegiatan ekonomi  negara. Pengangguran akan menyebabkan perekonomian berada kondisi dibawah kapasitas penuh, suatu kapasitas yang dihaparkan. Pengangguran juga akan menyebabkan beban angkatan yang benar-benar produktif menjadi semakin berat, disamping secara sosial pengangguran akan menimbulkan kecenderungan masalah-masalah kriminalitas dan masalah sosial lainnya.
        Sebelum lebih jauh kita bicarakan pengangguran, kita lihat terlebih dahulu komposisi penduduk indonesia. Dari seluruh penduduk indonesia, kita bagi dalam penduduk usia kerja (PUK), yakni penduduk yang memiliki usia 'pantas' kerja yakni antara 15tahun sampai dengan 65 tahun. Meskipun pada kenyataanya seperti negara berkembang lainnya, penduduk dengan usia di bawah 10 tahunpun telah bekerja. Sedangkan secara umum penduduk di luar usai kerja tersebut di namakan penduduk di luar usia kerja ( PDUK ), yakni para balita dan manula. Dari PUK masih dibagi dengan angkatan kerja ( AK ) dan bukan angkatan kerja  ( BAK ). AK adalah mereka yang memiliki usia kerja yang seharusnya sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Sedangkan BAK adalah mereka yang secara usia berada dalam kelompok usia kerja, namun karena keadaan dan kondisi tertentu yang membuat mereka belum dapat bekerja, yakni para pelajar, ibu rumah tangga, dan mereka yang menderita cacat. Kelompok AK selanjutnya di bagi menjadi kelompok yang bekerja ( B ) dan yang tidak bekerja ( TB ). Kelompok TB inilah yang benar-benar merupakan pengangguran, karena mereka berada dalam usia kerja, dan mereka sedang tidak mencari ilmu, tidak juga seorang ibu rumah tangga, maupun cacat, namun tidak bersedai bekerja. Inilah yang kemudian menjadi beban masyarakat. Sedangkan kelompok bekerja adalah angkatan kerja yang benar-benar bekerja dan dibagi dalam bekerja penuh ( BP ) dan setengah bekerja ( SB ). Yang dimaksud dengan bekerja penuh adalah angkatan kerja yang memiliki jam kerja standar ( 7-8 jam kerja sehari ). Sedangkan setengah bekerja adalah angkatan kerja yang hanya bekerja kurang dari jam kerja standar. Mungkin di sebabkan sistem kerja shift yang di terapkan oleh perusahaan. Setengah bekerja ini sendiri masih di bagi menjadi setengah bekerja kelihatan dan setengah bekerja yang tidak kelihatan.

         Adapun jenis-jenis pengangguran yang dapat di sebutkan di antaranya adalah :
Pengangguran friksionil, yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang memilih menggangur sambil menunggu pekerjaan yang lebih baik, yang memberikan fasilitas dan keadaan yang lebih baik.
Pengangguran struktural, yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang diberhentikan oleh perusahan, karena kondisi perusahaan yang sedang menggalami kemunduran usaha, sehingga terpaksa mengurangi tenaga kerja.
Pengangguran teknologi, yakni pengangguran yang terjadi karena mulai digunakannya teknologi yang menggantikan tenaga manusia seringkali pengangguran ini terjadi kemampuan dan keahlian pekerja yang tidak bisa menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
 Pengangguran siklikal, yakni pengangguran yang terjadi karena terjadinya pengurangan tenaga kerja yang secara menyeuruh, dikarenakan kemunduran dan resesi ekonomi. Sehingga ini mirip dengan pengangguran struktural, hanya pada pengangguran jenis ini, kejadianya adalah lebih meluas dan menyeluruh.
 Pengangguran musiman, yakni pengangguran yang terjadinya dipengaruhi oleh musim. Jenis pengangguran ini sering terjadi pada sektor pertanian. Misalnya ketika masa tanam dan panen, mereka berbondong-bondong bekerja dan setelah masa tersebut mereka kembali tidak memiliki pekerjaan.
Pengangguran tidak kentara, yakni pengangguran yang secara fisik dan sepintas tidak kelihatan, namun secara ekonomi dapat dibuktikan bahwa seseorang tersebut sesungguhnya menganggur. untuk memberi gambaran mengenai pengangguran ini, kita menggunakan ilustri berikut.

      Suatu unit produksi yang memperkejakan 10 orang mampu menghasilkan output sebanyak 10 ton. Suatu ketika manajer produksi mencoba mengurangi tenaga kerja yangada dalam unit produksi itu menjadi 5 orang saja. Ternyata unit produksi yang hanya terdiri dari 5 orang tersebut tetap dapat menghasilkan 10 ton. Dalam kejadian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun secara fisik ada 10 orang yang bekerja dalam satu unit produksi tersebut, namun sesungguhnyaada 5 orang yang menganggur, ini dibuktikan dengan output yang tidak mengalami penurunan dengan adanya pengurangan tenaga kerja.

       Terakhir adalah yang disebut dengan setengah mengangur, yakni mereka yang bekerja dengan jam kerja dibawah rata-rata jam kerja normal yang berkisar 7 sampai 8 jam sehari.

Selain istilah di atas , ada beberapa rasio yang berkaitan dengan pengangguran tersebut. Rasio-rasio tersebut diantaranya adalah :
  •  Dependency ratio, rasio ini menggambarkan seberapa besar beban secara ekonomi yang sebenarnya ditanggung oleh penduduk usia kerja terhadap penduduk di luar usia kerja.
  • Tingkat partisipasi angkatan kerja, adalah rasio yang mengukur seberapa besar dari penduduk yang berada dalam usia kerja yang benar-benar merupakan angkatan kerja.
        Secara umum tidak ada satupun negara yang berhasil membebaskan negaranya 100% dari pengangguran ini . Namun demikian jika suatu negara dapat menyelesaikan pengangguran tersebut hanya untuk mereka yang memang terpaksa tidak atau belum dapat bekerja ( karena manula, cacat sedang belajar ) hal ini sudah dapat dikatakan negara tersebut telah berada dalam kondisi yang 'full employment' atau tingkat penggunaan tenaga kerja penuh.

Di indonesia  sendiri pemerintah terus berupaya mengatasi pengangguran ini, karena pemerintah dan masyarakat menyadari bahwa pengangguran akan memiliki dampak negatif yang lebih besar. Beberapa langkah dan kebijaksanaan pemerintah ysng pernah, sedang dan akan dilakukan diantaranya adalah :
  • Yang paling mendasar adalah dengan mengatasi masalah kependudukan yakni dengan mencoba mengendalikan pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan memicu munculnya pengangguran di masa datang, jika tidak diimbangi dengan peningkatan kegiatan produksi.
  • Dengan tidak melupakan prinsip APBN, akan menambah sektor pengeluaran, baik itu pengeluaran pemerintah maupun pengeluaran dari sektor investasi swasta guna mendukung terciptanya peningkatan kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat membuka peluang dan kesempatan kerja yang lebih banyak.
  • Di pihak lain dengan memberikan dan mengarahkan pendidikan sumber daya ke arah yang lebih mendesak, dengan memperbanyak pusat-pusat pelatihan kerja, serta dengan memberi kemudahan bagi pengelola sekolah-sekolah kejuruan. Harapanya agar kemampuan tenega kerja indonesia menjadi lebih siap dalam menyambut tantangan dunia kerja.
  • Usaha lainnya adalah dengan mencoba membuka kesempatan dan lapagan kerja di daerah-daerah yang selama ini kurang berkembang kegiatan ekonomi. Sehingga proses pemerataan kesempatan kerja menjadi lebih terjamin keberhasilannya. Selain mengurangi konsentrasi tenaga kerja di pulau jawa.
  • Tidak lupa di sektor luar negeri, mulai digalakkannya ekspor jasa berupa tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri, meskipun untuk langkah terakhir ini masih memerlukan usaha yang lebih keras dari semua pihak, agar kepentingan dan nasib pekerja di luar negeri lebih baik.

Inflasi

        Banyak sudah komentar, pendapat, dan pandangan mengenai apa yang disebut dengan inflasi. Jika didengarkan secara sepintas tampaknya komentar-komentar tersebut lebih  mengarah pada suatu kesimpulan bahwa inflasi tersebut berbahya, inflasi itu sesuatu yang buruk bagi perekonomian. Tidak jarang pula inflasi harus menerima tuduhan sebagai penyebab gagalnya berbagai kegiatan ekonomi suatu negara. Benarkah demikian ?

        Sebelum menjawab pertanyaan tersebut mari kita bahas secara sepintas masalah inflasi yang termasuk salah satu penyakit ekonomi tersebut. Inflasi sering diartikan sebagai suatu kecenderungan naiknya harga-harga secara umum dalam waktu dan wilayah. Dari pengertian itu dapat diambil beberapa poin penting mengenai inflasi,bahwa inflasi ini terjadi :
  • diwarnai kenaikan harga-harga komoditi secara umum, atau dapat dikatakan hampir setiap komoditi mengalami kenaikan
  • dapat diketahui dan dihitung jika telah berjalan dalam kurun waktu tertentu dan dalam wilayah tertentu. Di indonesia sendiri digunakan waktu sebulan atau setahun dalam mengetahui terjadinya dan besarnya inflasi yang terjadi.
       Dengan demikian jika kenaikan harga tidak menyeluruh, atau jikatoh menyeluruh namun hanya terjadi dalam kurun waktu yang sangat singkat  dan dalam wilayah tertentu yang terbatas, maka istilah inflasi menjadi agak kurang tepat disebutkan.
       banyak ahli ekonomi kemudian mengulas dan kemudian membagi inflasi ini menjadi beberapa pengertian menurut beberapa sudut pandang.
      Jika dilihat dari parah tidaknya, atau besar kecilnya inflasi yang muncul, inflasi dapat dibagi dalam  :
                Inflasi ringan jika nilainya berkisar                                          0 %  s/d 10 %
                Inflasi sedang jika nilainya berkisar                                       10 % s/d 30 %
                Inflasi berat jika nilainya berkisar                                            30 % s/d 100 %
                Hyperinflasi jika nilainya                                                           > 100 %

        Perekonomian indonesia sendiri pernah mengalami keempat istilah tersebut.
     
        Jika dilihat dari sebab-sebab kemunculannya dibagi dalam :
Inflasi karena naiknya permintaan
        Inflasi karena naiknya permintaan, yakni inflasi yang terjadi karena adanya gejala naiknya permintaan secara umum, sehingga sesuai dengan hukum permintaan maka hargapun secaara umum akan cenderung naik. Sisi baik dari inflasi yang disebabkan naiknya permintaan ini adalah bahwa kenaikan dalam harga juga diimbangi dengan naiknya komoditi yang diproduksi, sehingga meskipun harga naik, namun cukup tersedia komoditi di pasar.
Inflasi yang terjadi karena naiknya biaya produksi
        Infasi terjadi jika kecenderungan naiknya harga lebih diakibatkan karena naiknya biaya produksi, seprti naiknya upah tenaga kerja, naiknya harga bahan baku dan penolong, dan sejenisnya. Jika ini yang terjadi akibatnya adalah lebih buruk dari inflasi yang disebabkan karena naiknya permintaan masyarakat.

        Dan jika dilihat dari asalnya, inflasi terbagi dalam :
Inflasi yang berasal daari dalam negeri
yang dimaksud dengan inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang terjadi dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam negeri, seperti misanya peredaran uang didalam negeri yang terlalu banyak. Peredaran uang yang terlalu banyak akan menyebabkan kepercayaan masyarakat kepada uang menjadi berkurang ( karena mendapatkan uang relatif mudah ), dengan kata lain jumlah uang yang beredar lebih banyak dari yang dibutuhkan. sehingga jika hasil produksi tidak meningkat maka orang lebih menghargai barang dari pada uang, sehingga kalau barang tersebut dijual, tentulah dengan harga yang tinggi. Jika semua komoditi mengalami demikian, maka muncullah inflasi.
Inflasi yang berasal dari luar negeri
        Inflasi yang terjadi di negara lain seringkali merembet ke negara indonesi. Proses terjadinya diawali dengan masuknya komoditi impor yang telah terkena inflasi ( harga naik ) di negara asalnya. Sehingga komoditi impor tersebut kita beli dengan haarga yang mahal pula. Jika kemudian komoditi tersebut kita olah sebagai bahan baku untuk sebuah produk, maka ten
tu harga produk tersebut akan mahal. Dengan demikian demakin banyak kita mengimpor komoditi-komoditi yang telah terkena inflasi di negara asalnya, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya inflasi di indonesia.

       Sejak masanya ekonomi klasikpun telah muncul pendapat mengenai inflasi ini, menurut mereka inflasi lebih disebabkan karena pengaruh jumlah uang yang beredar. Inflasi menjadileih cepat muncul dan membengkak jika pandangan dan sikap masyarakat terhaap tambahan uang yang beredar tersebut  telah sampai pada tindakan spekulatif terhadap barang yang mereka beli.
       Sedangkan keynes lebih melihat 'kesempatan manusia ' sebagai sebab utama munculnya inflasi. keynes menganggap bahwa keinginan manusia untuk hidup diluar batas kemampuannya akan menjadi pemicu utama terjadinya inflasi.
      Sedangkan teori struktural, lebih menganggap masalah struktural seperti kondisi kebutuhan pokok ( terutama pangan ) menjadi awal mula terjadinya inflasi.


Sumber : Budi Setyawan, Aris,1997, Perekonomian Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta







Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Jumat, 11 Februari 2011

pemerintah kalah lawan inflasi di 2010

Nama  : Ria Setiani
Kelas  : 1EB02
NPM  : 29210159


Jakarta - Pemerintah kalah dalam menahan laju inflasi di 2010 lalu. Laju inflasi di 2010 lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Di 2010, inflasi jauh melesat dari target yaitu 6,96%. Padahal dalam target APBN-P 2010, inflasi dipatok 5% plus minus 1% dengan asumsi 5,3%. Sedangkan target pertumbuhan ekonomi melebihi target yang ditetapkan dalam APBN-P 2010 sebesar 5,8%, terealisasi sebesar 6,1%.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan suatu hal yang bisa saja terjadi di mana tingkat inflasi melebihi realisasi pertumbuhan ekonomi.

"Jadi sebetulnya kalau sekarang ini pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% dan inflasi 6,96%, dan itu memang bisa terjadi. Dan kita lihat dari komponen daripada core inflation itu 4,18%, sedangkan selisihnya lebih pada volatile foods dan administered price," ujar Agus saat ditemui di kantornya, Gedung Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Senin (7/2/2011).

Ke depannya, Agus menyatakan akan meningkatkan koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga inflasi inti dan harga yang bergejolak.

"Jadi tentu kita akan berkordinasi dengan lebih baik di pemerintah. BI akan fokus ke core inflation, pemerintah akan jaga administrated price-nya. Penyediaan pangan dan sumber-sumber kenaikan. Dan juga distribusi akan kita jaga," kata dia.

Dengan demikian, lanjut Agus, pada tahun ini inflasi dapat terkendali sehingga tidak terjadi kenaikan inflasi yang meningkat seperti pada tahun lalu.

"Pembangunan sendiri selalu ada dampak inflasi. Jadi kita nanti di 2011 ini harus betul-betul bisa kerja lebih baik untuk kendalikan inflasi karena kita nggak ingin inflasi itu nanti akan menjadi tekanan kepada kehidupan masyarakat Indonesia. Kita perkuat dengan lakukan koordinasi lebih baik supaya tercapai. Kita nggak ingin kalah dengan tekanan inflasi itu. Walaupun kita tahu faktor luar negeri ada dan faktor dalam negeri terbatasnya suplai memenuhi," ujarnya.

Namun, Agus enggan mengakui telah kebablasan menahan inflasi di 2010 lalu. Dia hanya menegaskan akan melakukan yang lebih baik lagi di 2011 ini.

"Kita akan bikin supaya lebih baik," tandasnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan pertumbuhan paling ideal adalah pertumbuhan tanpa inflasi. Namun, hal tersebut merupakan suatu yang sulit terjadi pada negara berkembang.

"Yang ideal adalah non inflationary growth. Artinya pertumbuhan tanpa inflasi itu yang paling ideal. Tetapi dalam ekonomi yang riil itu tidak mungkin, apa lagi kalau ekonominya masih level emerging," ujarnya beberapa waktu lalu.

Bambang menilai pertumbuhan tanpa inflasi tersebut sulit tercapai di negara berkembang. Pasalnya, sistem di negara maju berbeda dengan negara berkembang

"Nah kita kan bukan bukan negara ekonomi maju. Kalau ekonomi maju misalnya pertumbuhan ekonominya agak tinggi karena semuanya sudah stabil, sudah mapan system ekonominya, inflasinya mungkin naiknya cuma nol koma sekian persen," kata Bambang.

Oleh karena itu, Bambang menyatakan suatu hal yang wajar jika terjadi overheating di negara berkembang, di mana pertumbuhan sama dengan atau melebihi inflasi.

"Tapi di emerging, anda lihat China, anda lihat Vietnam, Brazil, India. Pertumbuhan tinggi, inflasi ikut tinggi. Karena itu kan negara-negara yang sedang berkembang. Sedang semangat meningkatkan sesuatu, tetapi dari sisi suplai, dari sisi logistik, sistemnya belum semapan di negara maju. Sehingga wajar kalau terjadi overheating istilahnya. Jadi kalau inflasinya sama dengan pertumbuhan atau lebih tinggi, ya itu overheating," kata Bambang.

Sumber : http://www.detikfinance.com/read/2011/02/07/184948/1562028/4/pemerintah-kalah-lawan-inflasi-di-2010

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer